Sunday, December 28, 2014

Penulisan Paragraf dan Pengembangannya

Makalah Bahasa Indonesia
“Kalimat Efektif”


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Zaman makin berubah, tekhnologi pun berkembang pesat. Fenomena kurangnya minat keterampilan mengarang saat ini sangat mengkhawatirkan. Keterampilan mengarang adalah keterampilan yang bersifat mekanistik, dan keterampilan itu tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, akan tetapi keterampilan tersebut baru dapat dikuasai oleh orang-orang yang rajin berlatih.
Tanggung jawab perbaikan pelajaran mengarang tidak dapat dilepas dari diri kita. Dalam rangka itulah penulis mencoba menggugah perhatian rekan-rekan sekalian untuk lebih memperhatikan keterampilan menulis paragraf dan pengembangannya, serta berusaha melaksanakan pelajaran mengarang dengan cara yang menarik dan efektif.
1.2.       Rumusan Masalah
a.    Apa yang dimaksud dengan paragraf?
b.    Apa saja jenis-jenis paragraf?
c.    Bagaimana cara mengembangkan paragraf?

1.3.       Tujuan Penulisan
a.    Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan paragraf.
b.    Agar kita dapat mengetahui bentuk-bentuk paragraf.
c.    Untuk mengetahui bagaimana caranya mengembangkan paragraf.




BAB II
PEMBAHASAN

                                                        
2.1.       Pengertian Paragraf
Paragraf secara etimologi berasal dari bahasa Inggris yang artinya alenia atau garis baru. Dalam kamus bahasa Indonesia edisi ke-3 dari terbitan Departemen Pendidikan Nasional tertera penjelasan bahwa alenia atau paragraf adalah suatu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasinya lebih. Dalam kamus tersebut, alenia di artikan pula sebagai paragraf.
Paragraf atau alenia juga dapat di artikan suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Adapun ciri atau karakteristik paragraf antara lain sebagai berikut:
a.    Setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan.
b.    Paragraf umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat.
c.    Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.
d.   Paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat.
e.    Kalimat-kalimat paragraf tersusun logis dan sistematis.

   Berdasarkan penganalisaan atas beberapa sumber yang memberikan keterangan tentang paragraf serta dilengkapi atau dipadukan dengan hasil pengamatan, dapat kita simpulkan bahwa defenisi paragraf adalah sebagai berikut; paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekpresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.

2.2.       Jenis-Jenis Paragraf
-            Paragraf ditinjau dari letak kalimat utamanya, yakni:
a.    Paragraf deduktif.
Paragraf deduktif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya di awal paragraf, atau kalimat topiknya terletak di awal paragraf. Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan pemaparan ataupun deskripsi sampai bagian-bagian kecil sehingga pengertian kalimat topik yang bersifat umum menjadi jelas. Paragraf deduktif berpolakan umum-khusus. Adapun contoh paragraf deduktif adalah sebagai berikut:
“Sebagai lembaga penyelenggara pendidikan dan laboratorium kesenian, STSI memiliki komitmen tinggi untuk berperan aktif dalam mengemban visi dan misinya. Selain menyelenggarakan seni jenjang D3, S1, pasca sarjana (S2 dan S3), juga menyelenggarakan studi lanjutan jalur professional. Jenjang D3 meliputi program studi karawitan, tari, kriya tekhnik, dan kriya panggung. Jenjang S1 meliputi program studi karawitan, etnomusikologi, pedalangan, tari dan kriya seni. Program S2 meliputi program studi penciptaan seni”.
b.    Paragraf induktif.
Paragraf induktif adalah paragraf yang letak kalimat topiknya di akhir paragraf, paragraf ini dimulai dengan penjelasan bagian-bagian kongkret atau khusus yang dituangkan dalam beberapa kalimat pengembang. Paragraf induktif berpolakan khusus-umum. Adapun contoh paragraf induktif adalah sebagai berikut:
“Setiap tahun, sekitar 85 % mahasiswa STSI Surakarta memperoleh berbagai penghargaan berupa beasiswa maupun sponsorship lainnya. Beberapa mahasiswa yang berprestasi akademik bagus sering terlibat dalam berbagai misi dan forum kesenian mahasiswa, baik didalam maupun diluar negeri. Sekitar 90% lulusan STSI Surakarta bekerja di Indonesia maupun dimancanegara sebagai seniman professional maupun dilembaga seni, studio seni, industry kecil, kerajinan, dan sebagainya. Hal ini mengokohkan STSI Surakarta sebagai institusi pendidikan yang mampu mempersiapkan SDM unggul dalam bidang seni yang siap berkiprah dimasyarakat.
c.    Paragraf campuran.
Paragraf campuran adalah paragraf yang letak kalimat topiknya di awal paragraf dan di akhir paragraf, Paragraf campuran dapat dimulai dengan kalimat topic disusul kalimat pengembang, dan di akhiri dengan kalimat penegas. Adapun contoh dari paragraf campuran adalah sebagai berikut:
“Gengsi irama dangdut semakin meningkat. Bila dahulu irama ini di anggap kampungan, peralatan, asal ada, dan tempat pertunjukan pun didaerah pinggiran, kini suasana berubah, irama dangdut tidak lagi di anggap sebagai kampungan. Peralatannya lengkap, megah dan modern, tidak kalah dengan peralatan grup music pop. Artis-artisnya pun tidak kalah hebat dari artis grup musik terkenal, baik dalam cara berpakaian, bergaya, maupun dalam hal suara. Irama dangdut sudah bisa muncul dipesta-pesta besar, digedung-gedung megah. Bahkan irama dangdut muncul dari tempat-tempat mewah seperti hotel, klub malam, dan mobil-mobil mewah. Jelaslah bahwa irama ini sudah menembus kaum ‘gedongan’ dan kampus”.
d.   Paragraf naratif.
Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat topiknya menyebar, baik di awal, ditengah, maupun di akhir paragraf. Biasanya paragraf naratif ini, semua gagasan dipandang penting, tidak ada didahulukan dan dikebelakangkan. Adapun contoh dari paragraf naratif adalah sebagai berikut:
“Biasanya, pendongeng membawa imaji pendengar, sehingga pendengar dapat mengubah informasi yang tidak terstruktur menjadi sebuah pesan ringkas yang disimpan didalam otak penerima pesan. Proses kejiwaan ketika sedang terjadi proses peringkasan cerita  dapat variatif, karena tergantung kepada minat penerima pesan. Oleh karenanya, dongeng yang sedang dilantunkan harus memperhatikan suasana dan kondisi pendengar”.

-            Paragraf ditinjau dari isinya, yakni:
a.    Paragraf deskriptif.
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Tujuannya adalah melukiskan atau memberikan gambaran dengan terperinci (sejelas-jelasnya) tentang suatu hal (objek), sehingga seolah-olah pembaca dapat melihat sendiri objek tersebut. Adapun contoh paragraf deskriptif adalah sebagai berikut:
“Akhirnya terpilih bintang iklan sabun mandi itu. Gadis itu berambut panjang, wajahnya oval dengan mata bulat berwarna kecoklatan, hidung mancung dan bibir mungil yang penuh senyum. Siapakah dia?. Dialah Luna Maya, gadis kelahiran Bali yang memiliki beberapa prestasi itu, sejak tahun 2006 terpilih sebagai gadis lux menggantikan Febi Febiola yang telah habis masa kontraknya”.
b.    Paragraf naratif.
Paragraf naratif adalah paragraf yang berisi cerita adanya tokoh dan peristiwa, adapun karakteristik paragraf narasi yakni adanya urutan peristiwa, adanya tokoh dan mengandung amanat yang tersirat (implisit). Sebagai contoh paragraf naratif adalah sebagai berikut:
“Inilah sebuah kisah, tersebutlah seorang pemuda bernama Malin Kundang dan tinggal disebuah daerah disebelah selatan kota Padang. Malin Kundang adalah anak tunggal sepasang suami istri nelayan. Ketika masih didalam kandungan, ia ditinggal pergi oleh ayahnya berlayar dan tidak pernah kembali lagi. Iapun di asuh oleh ibunya. Kehidupan mereka sangat sederhana, sejak kecil Malin Kundang sangat disayang oleh ibunya, kemanapun ia pergi ibunya selalu mengawasi.
Setelah dewasa, Malin Kundang meminta izin untuk pergi merantau, meskipun berat hatinya, sang ibu mengizinkan Malin Kundang pergi. Sebelum pergi, sang ibu membekali nasehat kepada Malin Kundang agar senantiasa ingat pada orang tua dan kampong halamannya. Setelah puas menasehati anaknya, sang ibu ikut ke pelabuhan melepas kepergian anaknya”.
c.    Paragraf ekspositif.
Paragraf ekspositif adalah paragraf yang berisi pemaparan atau uraian yang berisikan cara kerja dan lain-lain. Adapun karakteristik paragraf ekspositif yakni adanya identifikasi, adanya objek dan adanya contoh, grafik dan gambar. Berikut ini contoh paragraf ekspositif:
“Di Indonesia yang beriklim tropis memang tak pernah ada penguin. Namun, bukan berarti orang Indonesia tak bisa melihat langsung hewan yang biasa hidup di daerah bersalju itu. Saat ini, Taman Safari Indonesia segera menghadirkan binatang berbulu tebal tersebut ditanah air. Penguin ini berasal dari Jepang yang dikenal dengan penguin humboid atau dalam bahasa latinnya disebut spheniscus humboidti. Saat ini pengelola Taman Safari Indonesia sudah mendatangkan yang terdiri dari enam ekor jantan dan enam ekor betina”.
d.   Paragraf argumentatif.
Paragraf argumentatif adalah paragraf yang memberikan fakta untuk mempengaruhi pembaca. Adapun karakteristik paragraf argumentasi yakni adanya objek, adanya contoh, grafik dan gambar dengan tujuan agar mempengaruhi pembaca. Sebagai contoh paragraf argumentatif adalah berikut ini:
“Ya, anak-anak kita sudah menjadi robot. Mereka setiap hari harus menanggung beban mata pelajaran, menghafal rumus ini-itu, membuat tugas, les ini-itu, ikut pelatihan ini-itu, ikut bimbingan mata pelajaran untuk ujian nasional, untuk masuk perguruan tinggi, untuk masa depan mereka, katanya. Mereka kehilangan waktu bermain; kehilangan keindahan masa kecil; belajar pagi sampai sore; ketika sampai dirumah harus belajar lagi untuk esoknya, dan kadang tak pernah bisa tidur nyenyak. Yang terbayang adalah guru-guru yang siap memberikan hukuman di sekolah ketika mereka terlambat masuk; ketika tidak membuat tugas; ketika tidak hafal rumus; ketika sepatunya tidak seragam; ketika uang sekolahnya terlambat; ketika uang beli bukunya terlambat hingga mereka lupa sarapan atau sekedar minum susu yang kini harganya melangit, dan itupun isunya tercemar bakteri mematikan. Sistem pendidikan kita tidak memberikan tempat kepada siswa untuk berfikir bebas, mempertanyakan sesuatu, berdiskusi dan sebagainya. Anak-anak dicekoki dengan dogma dan aturan-aturan yang membuat mereka benar-benar dihantui”.
e.    Paragraf persuasif.
Paragraf persuasif adalah paragraf yang berisikan ajakan, himbauan seseorang untuk melakukan ajakan atau himbauan tersebut. Adapun contoh paragraf persuasif adalah sebagai berikut:
“Teman-teman, seperti yang telah saya uraikan sebelumnya, bahwa kenakalan remaja dapat di atasi dengan salah satu cara, yaitu menyalurkan kelebihan energi yang dimiliki remaja tersebut pada kegiatan yang positif dan dinamis. Oleh karena itu, marilah kita bekerjasama mencari jalan keluar untuk kegiatan remaja yang positif dan dinamis agar dapat mengurangi dampak negatif kenakalan remaja”.

2.3.       Pengembangan Paragraf
Seribu cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam mengajari siswanya untuk menyusun paragraf. Cara mana yang paling baik dan tepat sangat sukar ditetapkan. Pemilihan cara sangat tergantung kepada beberapa faktor berikut ini:
a)        Faktor usia seseorang atau siswa.
b)        Kesiapan seseorang atau siswa.
c)        Tingkat pendidikan seseorang atau siswa.
d)       Bahan.
e)        Alat bantu.
f)         Situasi.
Pemilihan cara untuk mengembangkan paragraf sangat bergantung pada pertimbangan, kejelian mata, atau kecermatan guru guru. Dibawah ini ada beberapa altenatif  pengembangan paragraf.
a)        Menyalin.
Adapun dengan cara ini, guru mempersiapkan suatu model paragraf, model ini diperbanyak dan dibagikan kepada setiap siswa. Tugas siswa menyalin kembali paragraf tersebut sesuai dengan susunan dan bunyi aslinya pada buku kerja mereka masing-masing, hasil kerja siswa lalu diperiksa oleh guru. Adapun cara menyalin ini sangat efektif untuk memperkenalkan kata, kelompok kata, susunan kata, urutan kata dalam kalimat, susunan kalimat, dan lain-lain.
b)        Dikte.
Adapun cara pengembangan paragraf melalui dikte hamper sama dengan menyalin, akan tetapi medianya mata sedangkan dalam dikte telinga sebagai media utamanya. Melalui dikte, para siswa dapat mengenal, menghayati dan mengetahui apa yang dimaksud dengan paragraf, bagaimana cara menulisnya, bagaimana strukturnya, dan apa saja elemen-elemennya. Bahkan dikte sangat berguna dalam menumbuhkan keterampilan menyimak.
c)        Meringkas bacaan.
Adapun dengan cara ini, guru mempersiapkan bahan bacaan, dan siswa dapat mengambil bahan penulisan paragraf. Artinya, hasil membaca dalam bentuk ringkasan dapat dinyatakan satu atau lebih paragraf. Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari pelatihan menyusun paragraf melalui cara meringkas bacaan, antara lain:
1)   Melatih mengembangkan cara berfikir kritis dan sistematis;
2)   Mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi bacaan;
3)   Mengembangkan kemampuan merumuskan kalimat topik;
4)   Menumbuhkan kemampuan mengembangkan kalimat topik;
5)   Lebih memantapkan keterampilan menyusun paragraf.
d)       Menganalisis gambar.
Suatu gambar atau seri gambar dapat dijadikan bahan penyusun paragraf.  Gambar atau seri gambar pada hakikatnya mengekspresikan suatu hal, bentuk ekspresi tersebut dalam fakta gambar, bukan dalam bentuk bahasa. Pesan yang tersirat dalam gambar tersebut dapat dinyatakan kembali dalam bentuk kata atau kalimat. Pengembangan paragraf dengan cara menganalisa gambar sangat banyak manfaatnya, antara lain sebagai berikut:
1)   Mengembangkan keterampilan melihat hubungan sebab akibat atau pesan yang tersirat pada gambar;
2)   Mengembangkan daya imajinasi siswa;
3)   Melatih kecermatan dan ketelitian siswa dalam memperhatikan sesuatu;
4)   Mengembangkan daya interprestasi bentuk visual ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat;
5)   Merubah  hasil pengamatan ke dalam bentuk kalimat topik, serta menjabarkannya ke dalam kalimat-kalimat pengembang.
e)        Mendeskripsikan pengalaman.
Pengalaman merupakan sumber atau bahan penyusun paragraf yang tidak ada habis-habisnya. Mengambil pengalaman pribadi sebagai bahan penulisan paragraf memberikan beberapa kemudahan kepada siswa, kemudahannya yakni penghayatan terhadap isi atau bahan, itu sangat membantu dalam perumusan kalimat topik dan kalimat-kalimat pengembangnya. Ini berarti bahwa penyusunan paragraf secara keseluruhan semakin mudah.







BAB III
PENUTUP

a)        Paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis-sistematis, yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.
b)        Jenis-jenis paragraf ditinjau dari letak kalimat utamanya:
1.    Paragraf deduktif.                               3.  Paragraf campuran.
2.    Paragraf induktif.                                4.  Paragraf naratif.

c)        Jenis paragraf ditinjau dari isinya:
1.    Paragraf deskriptif.                 4.  Paragraf argumentative.
2.    Paragraf naratif.                                  5.  Paragraf persuasif.
3.    Paragraf ekspositif.

d)       Adapun cara pengembangan paragraf yakni:
1.    Menyalin.                                            4.  Menganalisis gambar.
2.    Dikte.                                      5.  Mengekspresikan pengalaman.
3.    Meringkas bacaan.




DAFTAR PUSTAKA


Dr. Tarigan, Djago. 1979: Membina keterampilan menulis paragraf dan pengembangannya: Bandung: Angkasa.
Suryo, Domas, dkk. 2012: Panduan latihan ujian nasional bahasa Indonesia (untuk SMA): Banyu Agung: Haka MJ.



1 comment:

  1. Harrah's Las Vegas Hotel & Casino - JTM Hub
    Harrah's 순천 출장마사지 Las Vegas Hotel & Casino · Casino in 양주 출장샵 the 창원 출장샵 heart of the Las Vegas Strip · Las Vegas 파주 출장안마 Strip 화성 출장안마 · The LINQ Promenade. Las Vegas

    ReplyDelete